Kamis, 23 Oktober 2014 | WIB | Dibaca : 753 Kali

Kebudayaan Pendorong Utama Pembangunan

[dropcap style="white-dropcap blue" rounded="nonestyle"]K[/dropcap]ebudayaan dan pembangunan bagaikan dua sisi mata uang. Kebudayaan merupakan potensi dan pendorong utama pembangunan. Pembangunan yang tepat tidak boleh menghilangkan adat istiadat atau kekayaan budaya suatu daerah.

[caption id="attachment_1888" align="aligncenter" width="1024"]Wakil Bupati Bengkalis H Suayatno, Ketua DPRD H Heru Wahyudi bersama anggota Forkompinda, memukul Kompang ketika membuka Pelangi Negeri Junjungan, Rabu (22/10/2014) malam Wakil Bupati Bengkalis H Suayatno, Ketua DPRD H Heru Wahyudi bersama anggota Forkompinda, memukul Kompang ketika membuka Pelangi Negeri Junjungan, Rabu (22/10/2014) malam[/caption]

“Kebudayaan itu adalah modal sosial pembangunan. Apabila pembangunan di suatu daerah atau bangsa menyebabkan hilangnya adat istiadat yang dimiliki, maka daerah atau bangsa itu akan kehilangan jati diri,” kata Wakil Bupati Bengkalis, H Suayatno.

Suayatno menegaskan itu ketika membuka acara Pelangi Negeri Junjungan, Rabu (22/10/2014) malam lalu.. Penyelenggaraan helat yang ditaja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Kabupaten Bengkalis itu, dipusatkan di Lapangan Tugu Bengkalis,

Pembukaan kegiatan yang diisi festival Lagu Langgam Melayu, Rebana, Zapin, dan Kompang antar kecamatan se-Kabupaten Bengkalis itu, ditandai dengan pemukulan Kompang oleh Suayatno bersama Ketua DPRD H Heru Wahyudi dan anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Bengkalis.

Kata Suayatno, agar khasanah budaya Melayu di daerah ini tidak hilang di telan zaman, dibutuhkan keseriusan, perlu kerja keras seluruh stakeholder. Komitmen, inovasi dan kreasi tokoh adat, penggiat seni, dan stakholder terkait lainnya sangat dibutuhkan bagi pengembangan dan peningkatan kualitas seni budaya Melayu di Kabupaten Bengkalis.

Tanpa itu, kekayaan khasana budaya Melayu yang ada di daerah ini bisa tergerus arus globalisasi. Apalagi saat ini generasi muda cenderung lebih menyukai kesenian modern dan meninggalkan budaya lokal”, jelas Suayatno, mengingatkan.

Suayatno mencontohkan di Jepang. Meskipun salah satu negara maju, katanya, Jepang hingga sekarang tetap mempertahankan dan melestarikan budaya atau tradisi yang dimiliki. Terus dan tak pernah berhenti memperkenalkannya pada generasi muda.

Berkat komitmen yang tinggi, ujarnya lagi, berbagai tradisi di Jepang hingga saat ini bukan saja tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, tetapi juga memiliki nilai ekonomis. Menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berwisata ke Jepang.

“Keberhasilan di Jepang ini hendaknya dapat menjadi inspirasi dan diimplementasikan di daerah ini. Pemerintah Kabupaten Bengkalis sepenuhnya akan mendukungan setiap upaya untuk pelestarian budaya di daerah ini,” ujar Suayatno.

Sementara Kepala Dinas Budparpora, H Eduar, menjelaskan, kegiatan Pelangi Negeri Junjungan merupakan agenda tahunan Dinas Budparpora. Tujuannya sebagai salah satu upaya agar keberadaan kesenian tradisional di daerah ini seperti Lagu Langgam Melayu, Rebana, Zapin, dan Kompang, tetap eksis. Senantiasa terpelihara dengan baik walau berada di tengah kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang terjadi saat ini.

“Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi filter dalam mengantisipasi budaya luar yang negatif. Dapat memotivasi seluruh pelaku dan penggiat seni untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam mempertahankan dan menjaga kelestarian khasana budaya Melayu di Kabupaten Bengkalis”, papar Eduar.

Melalui helat ini juga, sambung Eduar, diharapkan dapat membangkitkan minat genarasi muda di daerah ini untuk lebih mengenal seni budaya Melayu. “Sehingga tumbuh rasa kecintaan dan menjadi kebanggaan generasi muda di daerah ini”, pungkas Eduar.