Selasa, 15 September 2015 | WIB | Dibaca : 623 Kali

H Ahmad Syah Harrofie: Guru Itu Harus Pandai Menulis, Tidak Cuma Pandai Bicara

BENGKALIS, HUMAS – Penjabat Bupati Bengkalis H Ahmad Syah Harrofie mengemukakan, semua orang memang mengetahui, mengerti dan bahkan sangat memahami membaca merupakan sumber berbagai informasi, pendapat, gagasan, penilaian, pandangan, dan teori yang sangat luas. Namun yang sering terlupakan, bahwa semua yang dapat dibaca itu adalah tulisan.

[caption id="attachment_4016" align="aligncenter" width="1024"]Sekretaris Daerah H Burhanuddin saat membuka Diklat) karya tulis ilmiah bagi para guru angkatan pertama, Selasa (15/9/2015). Sekretaris Daerah H Burhanuddin saat membuka Diklat) karya tulis ilmiah bagi para guru angkatan pertama, Selasa (15/9/2015).[/caption]

“Tulisan adalah ciptaan manusia yang ajaib yang dalam perkembangannya dapat membawa manusia pada kesadaraan yang lebih jelas tentang peristiwa dan keadaan masa lampau, sehingga memiliki kemampuan mengatur masa sekarang, dan merencanakan segala sesuatu untuk masa yang akan datang. Karena itu, sebagai pendidik, seorang guru itu harus pandai menulis, tidak cuma pandai bicara,” ujarya.

Diwakili Sekretaris Daerah H Burhanuddin, Ahmad Syah mengemukan itu hal itu ketika membuka pembukaan pendidikan dan pelatihan karya tulis ilmiah (Diklat KTI) bagi para guru di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bengkalis angkatan pertama tahun anggaran 2015.

Pembukaan pelatihan yang diikuti 40 peserta dari 8 kecamatan dan berlangsung 5 hari yang ditaja Badan Diklat Pegawai itu dilaksana Aula Badan Diklat Pegawai, Jalan Kelapapati Darat, Desa Kelapapati, Bengkalis, Selasa (15/9/2015).

Masih kata Ahmad Syah, kemampuan menulis seseorang itu tak ubahnya seperti sebuah petasan. Kapan pun bisa disulut. Karena memang menulis adalah soal kebiasaan, bukan bakat. Setiap manusia dilahirkan memiliki bakat menulis, termasuk guru.

Karena itu agar kegiatan Diklat KTI itu memberikan konstribusi maksimal untuk menyulut  petasan kemampuan menulis seorang guru, maka katanya, harus diikuti dengan kegiatan lain. Misalnya, saran Ahmad Syah, setiap tahunnya diadakan lomba menulis khusus untuk guru. Entah itu menulis puisi, cerita pendek, esai atau tulisan lepas, maupun KTI.

“Jika kemampuan menulis seorang guru tersebut kita umpamakan petasan dan kegiatan Diklat KTI ini  api untuk menyulutnya, maka sampai kapanpun petasan itu tidak akan pernah meledak bila api itu tidak pernah disentuhkan dengan sumbu petasan tersebut,” Ahmad Syah memberikan tamsil.

Di bagian lain Ahmad Syah berharap, dengan adanya Diklat KTI ini, ke depan karya-karya tulis yang dihasilkan guru-guru dari kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini di bukan semakin banyak. Khususnya yang terpublikasi secara luas.

Sementara Kepala Badan Diklat Pegawai H Tengku Zainuddin mengatakan ke-40 peserta Diklat tersebut berasal dari SMA dan SMK di Kecamatan Bengkalis masing-masing 15 orang dan 5 orang, Bantan 2 orang, Mandau 5 orang, Pinggir 4 orang, Bukit Batu 1 orang, Siak Kecil 2 orang, Rupat 3 orang,  dan Rupat Utara 2 orang.

Sedangkan narasumber  daridari Widyaisuara dari Pusat Pengembangan Profesi Pendidikan  Kementrian Pendidikan daan Kebudayaan di Jakarta, Lembanga Penjamin Mutu Pendidikan  (LPMP) Provinsi Riau, dan Dosen (Asesor) dari Fakultaas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Pekanbaru.