BENGKALIS, HUMAS -- Bertempat di Wisma Daerah Sri Mahkota, Bupati Bengkalis Amril Mukminin, Selasa 22/3/2016) siang, menerima kunjungan silaturahim sejumlah tokoh masyarakat Sakai dari Kecamatan Mandau dan Pinggir. Mereka adalah Ma'as, M. Darun, Cuni, M Tonel dan Ican.
Selain anggota DPRD Bengkalis seperti Fransisca, Ariyanto, Abi Bahrum, H Fidel, Asmara, Irmi Syakip Arsalan, dan Zulkifli, turut mendampingi kunjungan silaturahim kelima tokoh Sakai tersebut antara lain Adi Murphy Malau, Fatar dan Irwandi yang sehari-hari berprofesi sebagai laywer. Kemudian H Mayunir (tokoh masyarakat Minang Mandau).
Sebelum berbincang dengan penuh rasa kekeluargaan, kelima tokoh Sakai tersebut menyerahkan cenderamata sebagai bukti kecintaan mereka kepada Amril.
Cendaramata yang diterima orang nomor satu di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini diantaranya miniatur Luka (Bubu), Ago (tempat penampungan hasil tangkapan ikan), tangguk dan Manggalo (makanan khas Sakai).
Kepala kelima tokoh Sakai tersebut, Amril meminta agar warga suku Sakai yang ada di Kecamatan Mandau dan Pinggir, untuk senantiasa melestarikan budaya asli Sakai dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, kata Amril, pelestarian budaya suku Sakai merupakan wujud kecintaan atas kebudayaan lokal yang dimiliki.
"Budaya Sakai hari-kehari semakin jarang dipamerkan dalam setiap acara, baik acara lokal dan nasional. Padahal diantara budaya itu terdapat keunikan yang harus ditonjolkan sebagai keragaman warna suku di Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Bengkalis.
Sebagai contoh, terangnya, Sakai memliki budaya tradisi pakaian yang terbuat dari kulit atau pelepah pohon. Menurutnya, jika hal ini dipertontonkan, maka akan memberi kesan unik tersendiri. Begitu juga tarian khusus yang dimiliki.
Di bagian lain Amril mengharapkan agar para orang tua Sakai mewariskan sejarah yang benar terhadap generasi muda, seperti sejarah persukuan hingga tradisi-tradisi yang biasa dilakukan dalam persukuan.
"Misalnya petang-megang menjelang Ramadan yang saat ini hanya dilakukan beberapa kota/kabupaten saja," tuturnya.
Petang-megang atau bersuci diri menurut Amril, merupakan satu-satu budaya Sakai yang masih bertahan atau dilestarikan. Namun banyak kebudayaan Sakai lainnya yang belum dilestarikan.
"Hal ini yang harus terus ditanamkan ke generasi muda kita agar mereka tidak lupa dengan kebudayaan asli yang dimiliki suku Sakai ini. Supaya tidak tergerus kemajuan zaman yang berkembang pesat seperti saat ini," ringkasnya.
Di bagian lain Amril mengatakan, dia akan meminta Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait untuk menggali berbagai kebudayaan yang dimiliki suku Sakai.
"Kemudian tentunya memperkenalkannya kepada masyarakat banyak sebagai salah satu kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Bengkalis. Misalnya, mengikuti sertakannya dalam kegiatan pameran. Baik itu di tingkat provinsi Riau maupun nasional," pungkas Amril.