Rabu, 30 November 2016 | 02:36:00 WIB | Dibaca : 867 Kali

5000 Peserta Ikuti Apel Nusantara Bersatu

5000 Peserta Ikuti Apel Nusantara Bersatu Teks foto: peserta memadati Lapangan Tugu Bengkalis, mengikuti apel Nusantara Bersatu tingkat Kabupaten Bengkalis, Rabu (30/11/2016).

BENGKALIS, HUMAS – Sekitar 5000 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, organisasi kemasyarakatan, pemuda dan Aparatur Sipil Negara, memadati Lapangan Tugu Bengkalis, mengikuti apel Nusantara Bersatu tingkat Kabupaten Bengkalis, Rabu (30/11/2016).

Apel yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama itu penuh dengan kesatuan dan kekompakan dari berbagai etnis yang turut diundang untuk sama-sama mengikuti apel Nusantara Bersatu.

Usai menyanyikan lagu kebangsaan, apel dilanjutkan dengan mendengarkan orasi dari berbagai pejabat tinggi yang ada di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan tersebut. Seperti Bupati Bengkalis diwakili Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Plt Sekda) H Arianto, Ketua DPRD Bengkalis diwakili Wakil Pimpinan, Indrawan Sukmana.

Kemudian, Dandim 0303 Bengkalis, Letkol Inf Rizal Faizal Helmi, Kapolres Bengkalis, AKBP Hadi Wicaksono, Kepala Kejaksaan Negeri Bengkalis, Rahman Dwi Saputra, Kepala Pengadilan Negeri, Rustiyono, Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, H Amrizal, Ketua LAMR Bengkalis, H M Yusuf dan Perwakilan Pemuda dari KNPI Bengkalis.

Sama maksudnya dengan orasi sejumlah kalangan, Plt Sekda, H Arianto mengatakan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama serta adat istiadat yang tidak bisa terpisahkan dari sabang sampai merauke.

“Tanpa beragam suku, kepercayaan dan budaya, bukan Indonesia namanya. Maka, kita harus bisa buktikan kalau kita merupakan bangsa yang siap menjadi junjungan untuk hidup rukun, aman dan selalu bersama dengan penuh sikap kekeluargaan,” tegas Arianto.

Dalam menjalani hidup dan kehidupan, terlebih dalam tatanan masyarakat berbilang kaum, perbedaan atau kebhinnekaan, lanjut Plt Sekda, merupakan sesuatu yang mustahil untuk dihindari. Tetapi harus dihadapi dengan sikap yang bijak.

“Dalam kaitan sikap yang bijak menyikapi perbedaan dimaksud, salah satu tunjuk ajar dari alam yang diberikan Allah, tuhan yang maha esa, yang sama-sama harus dapat kita jadikan tempat untuk belajar adalah pelangi,” ungkap Arianto.

Menurutnya, selain perbedaan warna, hal lain yang menjadikan pelangi itu cantik dan anggun adalah saling berdampingannya tiap-tiap warna yang berbeda itu.

“Dapat kita bayangkan jika pelangi itu warnanya saling menjauh antara satu dengan lainnya. Meskipun mungkin tetap kelihatan cantik dan anggun, tapi tidak akan secantik dan seanggun jika warna-warna tersebut saling berdampingan,” jelas Plt Sekda.

Bila ditarik dalam kehidupan bermasyarakat, segala perbedaan suku, bahasa dan agama merupakan sebuah anugerah Tuhan yang Maha Esa, yang patut disyukuri.

“Ini lah keunikan, bangsa Indonesia dengan keanekaragaman yang dimiliki, sehingga menjadi sebuah kekuatan yang utuh sebagai satu kesatuan. perbedaan yang ada, hendaknya menjadi pilar-pilar kokoh untuk menopang sebuah bangunan besar bernama indonesia,” tuturnya.

Plt Sekda menegaskan, apabila masyarakat kompak dan bersatu, maka akan mampu menangkis setiap ancaman yang akan merongrong kedaulatan bangsa Indonesia.

“Untuk itu, kami mengajak seluruh elemen masyarakat di Negeri Junjungan Kabupaten Bengkalis, apapun profesinya, apapun agama, apapun suku dan bahasanya, harus bergandeng tangan, bahu membahu, seiya sekata untuk mewujudkan Indonesia yang jaya. Jangan sekali-sekali, mengedepankan ego, aku lah yang hebat, tapi kita ibarat mata rantai, satu sama lain selalu berkaitan, sehingga menjadi kuat,” harapnya.

Bak pohon besar, ungkap Arianto, meskipun setiap hari diterpa oleh angin kencang, bahkan badai sekalipun, namun bangsa indonesia tidak boleh roboh. Untuk tetap berdiri kokoh, pohon harus disokong oleh akar-akar yang kuat. Akar-akar itu, adalah semua kita, rakyat indonesia dari sabang sampai marauke.

Usai orasi, apel Nusantara Bersatu juga diisi dengan sejumlah penampilan puisi dari pelajar dan guru dengan tema ‘Indonesia milikku, Indonesia milikmu dan Indonesia milik kita bersama’.