BENGKALIS, HUMAS – Maksud dan tujuan Tim Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi di tiga titik di Bengkalis – Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, ruang kerja Bagian Umum Sekretariat Daerah Bengkalis dan ruang kerja Bupati Bengkalis -- Selasa (8/8/2017) lalu, terjawab sudah.
Begitu juga analisis dan opini yang sengaja dibangun sejumlah "spekulan informasi" dengan memanfaatkan operasi oleh Tim Penyidik KPK tersebut untuk tujuan tertentu, juga ikut terbantahkan.
Pasalnya sebagaimana dipublikasikan sejumlah media, sehari setelah Tim Penyidik lembaga anti rasuah itu melakukan operasi di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini, tepatnya Rabu (9/8/2017) kemarin, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menjelaskan, KPK telah menetapkan tersangkanya.
"Kalau Bengkalis itu saya cek lagi, tapi ada masalah korupsi di infrastruktur jalan. Seingat saya jalan dan bukan OTT," kata Saut seperti dipublikasian news.okezone.com sekitar pukul 18.10 WIB, kemarin.
Terkait penetapan tersangka oleh KPK tersebut, Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah Bengkalis Johansyah Syafri, sama sekali tak mau mengomentarinya.
“No comment. That isn’t my domain. Itu bukan ranah kami,” katanya, Kamis (10/8/2017).
Di bagian lain Johan kembali mengajak semua pihak untuk mengambil iktibar dari kasus tersebut. Khususnya dalam menyikapi setiap informasi yang berkembang.
“Lebih-lebih bagi mereka yang aktif di media sosial (Medsos). Harus pintar, mesti cerdas dalam membaca dan menanggapi berita yang seringkali berseliweran di Medsos. Begitu juga dalam memilih narasumbernya atau penulisnya,” ujar Johan.
Kalau hari ini kita sudah tahu siapa yang suka menulis atau membuat meme informasi hoax (bohong) di Medsos atau media lainnya, apalagi berita yang ditulis atau meme yang dibuatnya itu jelas-jelas melanggar kode etik dan tendensius, imbaunya, ke depan hendaknya jangan dengan mudah mempercayainya. Sebaiknya jangan lagi menjadi follower-nya (pengikutnya).
“Entah kalau memang terus mau menjadi korban kebohongan mereka. Tetap mau jadi ‘Keledai’. Sebab kata sebuah pepatah, hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali,” terang Johan, seraya menambahkan bahwa sepengetahuannya, orang cerdas tak mau jadi ‘Keledai’’.***