BENGKALIS, HUMAS – Dampak negatif dari era globalisasi yang terjadi saat ini salah satunya yaitu maraknya paham Radikalisme di negeri ini. Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dan negeri yang terdiri dari keberagaman Agama dan Budaya, sehingga menjadi magnet penyebaran paham radikal yang semakin hari semakin berkembang di beberapa masyarakat, sehingga akan memicu perpecahan antar umat beragama. Paham ini sangat berbahaya karena mamapu melakukan tindakan dan ancaman terorisme melalui doktrin-doktrin sesatnya.
Demikian disampaikan Kasubdit Pengawasan BNPT RI Bapak Khairil Anwar melalui sambutannya saat menghadiri kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme, melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme di Provinsi Riau Kabupaten Bengkalis, Kamis (15/3/2018), ditaja di Pantai Marina Hotel Bengkalis.
Pada kesempatan itu, Khairil Anwar menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar selalu waspada dan jangan cepat terpengaruh oleh doktrin-doktrin sesat, karena berbagai macam aliran sesat telah merambah dan membumi di negeri kita.
“Harapan kami, kepada Penyuluh Agama agar senantiasa memberikan penyuluhan kepada masyarakat disetiap kesempatan, baik itu melalui media dakwah, khutbah jum’at, wirid pengajian, dan di setiap perkumpulan-perkumpulan organisasi Islam,” harapnya.
Selanjutnya, sambung Khairil Anwar berikan pemahaman kepada seluruh masyarakat agar tidak tergoda dengan ajakan yang dilakukan oleh golongan radikalisme, karena paham terebut tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia serta tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang ada di Indonesia khususnya Negeri Junjungan yang sama-sama kita cintai.
Dibagian lain, dia berharap kepada Penyuluh Agama untuk mengajak dan membimbing masyarakat dengan cara memperbanyak intensitas kegiatan pengajian, sosial dan hal positif lainnya dalam meng-kontradoktrin-kan radikalisme. Karena Penyuluh Agama adalah salah satu ujung tombak dari keberhasilan kerukunan umat beragama.
“Kepada Penyuluh Agama kami berharap senantiasa menjalin komunikasi yang berkesinambungan baik dengan pemerintah desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi, alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh adat, serta lembaga-lembaga lain yang berkompeten, sehingga kegiatan pemberantasan, penetralisiran, bahkan menyadarkan penganut radikalisme yang berujung pada aksi-aksi teror dapat dilakukan secara bersama-sama”, pungkasnya