BATHIN SOLAPAN, HUMAS - Bupati Bengkalis, Amril Mukminin membuka secara resmi Festival Seni Budaya Suku Sakai ke-4, sekaligus mengukuhkan susunan pengurus Forum Komunikasi Pemuda-Pemudi Dusun Belading Desa Petani Kecamatan Bathin Solapan, Sabtu (21/4/2018) di Desa Petani Kecamatan Bathin Solapan.
Adapun sebagai Ketua, Muhammad Abdul Rahim, Wakil Ketua, Rano, Sekretaris, Syuriadi, dan bendahara, Hendrizal.
Kegiatan yang ditaja Forum Komunikasi Pemuda Pemudi Dusun Belading ini memperlombakan Meningkah Gasing dan Lukah Gilo yang dipusatkan di Desa Petani.
Dalam sanbutannya, Bupati menyampaikan penghargaandan dan apresiasi yang setinggi-tinginya serta memberikan dukungan sepenuhnya kepada panitia penyelenggara.
Kegiatan ini, kata Bupati Amril, dapat dijadikan momentum sebagai wujud nyata kita semua untuk melakukan pelestarian dan pengembangan nilai seni budaya mulayu yang ada di Provinsi Riau khususnya di Kabupaten Bengkalis, sehingga sangat sesuai dengan ungkapan Riau The Home Land Of Melayu.
Tentunya kegiatan seperti ini harus ada motor penggeraknya, ujuar Mantan Kepala Desa Muara Basung ini, dan berharap pada generasi muda untuk senantiasa bergerak dalam melestarikan budaya yang ada di daerah kita.
“Dalam konteks kronologisnya Suku Sakai ini diperkirakan sebagai sisa-sisa kelompok ras melayu yang lebih dulu datang di daerah ini, dan bahasa yang dipergunakan memang dapat digolongkan ke dalam kelompok bahasa melayu, tetapi dengan beberapa ciri tersendiri.” Ujara Amril.
Keberadaan suku sakai, sambung Amril, dibuktikan dengan adanya catatan sejarah yang menyebutkan bahwa mereka pernah menjalin hubungan dengan Kesultanan Siak dalam menghadapi perlawanan pasukan dari penjajah.
Pasukan belanda yang mencoba menanamkan pengaruhnya di daerah ini tercatat mengalami beberapa perlawanan dari orang sakai, papar Amril.
“Pasukan sakai dikenal dengan senjata tradisional berupa panah beracun dan sejenis senjata sumpit yang ditiup.” Jelas Kepala Daerah Kabupaten Bengkalis.
Seiring perjalanan waktu, ungkap Amril, kebudayaan suku pedalaman yang hidup di sejumlah kabupaten di riau pada umumnya mulai tergerus oleh pengaruh dari budaya luar.
“Merawat dan menjaga kearifan lokal dan budaya itu sangat penting sekali karena intervensi peradaban barat dan peradaban negara lain itu sangat besar pengaruhnya bagi daerah kita,” ujarnya
Melestarikan tidak hanya pembangunan fisik, melainkan juga seni, arsitektur serta makanan khas yang ada, imbuhnya.