Sabtu, 30 Juli 2016 - 06:51:00 WIB - Dibaca : 1191 Kali

Ribuan Peserta Semarakan Pawai Budaya Hari Jadi Bengkalis

Teks foto: Bupati Amril bersama tamu undangan melambaikan tangan kepada peserta pawai budaya Hari Jadi ke-504 Bengkalis, Sabtu (30/7/2016).

BENGKALIS, HUMAS – Ribuan peserta dari berbagai suku etnis dan bangsa, serta pelajar Kabupaten Bengkalis menyemarakan pawai budaya sempena Hari Jadi ke-504 Bengkalis, yang dilepas langsung oleh Bupati Bengkalis Amril Mukminin, Sabtu (30/7/2016).  

Start pawai budaya sempena Hari Jadi ke-504 Bengkalis, dari Lapangan Tugu Bengkalis, Jalan Ahmad Yani – Jend Sudirman, Bengkalis. Rombongan pertama yang melintasi podium kehormatan Bupati Bengkalis, Amril Mukminin dan seluruh pejabat, adalah rombongan Marching Band Andam Dewi, Bengkalis. Kemudian diikuti rombongan Suku Aceh, dengan sepasang pengantin mengenakan pakaian khas Aceh dan miniatur rumah adat dari tanah Rencong.  

Menyusul pada barisan kedua adalah rombongan dari Suku Asli, menampilkan pria mengenakan berpakaian adat warna oren dan rumah balai adat Suku Asli di Bengkalis. Selanjutnya, dari Paguyuban Bubuhan Banjar, Kabupaten Bengkalis, menampilkan arak-arakan kaum ibu dan pria Banjar.

Pada barisan keempat dari rombongan pawai budaya yang terdiri dari pria dan wanita mengenakan pakaian adat yang mengenakan ulos dari Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) Kabupaten Bengkalis. Tak hanya hanya itu, rombongan suku Batak menampilkan alat seni musik gondang dan seruling. Rombongan dari Suku Bugis diawali dengan silat khas yang mengiringi sepasang pengantin berpakaian adat warga biru muda, yang diarak oleh kaum perempuan dengan membawa hantaran.  

Anggota rombongan terbanyak pada pawai budaya Hari Jadi Bengkalis dari Suku Jawa sebanyak 400 orang. Diawali dengan penampilan bujang ganong, penari kuda kepang, empat buah reog Ponorogo, rumah adat joglo. Kemudian diikuti rombongan kaum perempuan dan pria, gunungan, penabuh tong-tongan. Tak ketinggalan sepeda ontel yang didandani Semar dan Gareng cs.

Selanjutnya, rombongan dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis yang mewakili suku dan etnis Melayu. Dipandu Imam Hakim yang juga Sekretaris Bappeda Bengkalis, menampilkan miniatur pelaminan pengantin dan rombongan kompang.

Setelah rombongan suku Melayu, menyusul rombongan dari Suku Minang mengusung tema baralek gadang. Sesuai dengan tema, sepasang pengantin diarak oleh anak-anak berpakaian adat, kaum perempuan dan pria. Pada kesempatan utusan Suku Minang menyerahkan cenderama berupa miniatur Rumah Gadang kepada Bupati Bengkalis.

Barisan selanjutnya, rombongan pawai dari Paguyuban Nusa Tenggara Barat, menampilkan miniatur rumah adat dan para pria berpakaian adat. Menyusul rombongan dari Suku Sunda, menampilkan sepasang pengantin Sunda dalam miniatur rumah adat, diiringi pemain angklung. Tak ketinggalan dari Suku Tionghoa yang menampilkan barongsai dan tarian naga, serta miniator kelenteng. Setelah barisan dari rombongan dari suku dan etnis, disusul rombongan dari sekolah dan perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Bengkalis.

Dikatakan Amril, kegiatan pawai budaya yang dilaksanakan salah satu upaya kita untuk melestarikan kekayaan khazanah budaya masyarakat di Kabupaten Bengkalis. Karena, sebagai bagian dari jati diri seluruh anak negeri ini, eksistensinya dan sebagaimana dibuktikan selama ini, mampu menjadi perekat yang tak lapuk karena hujan, tak lekang oleh panas, dalam mempersatukan seluruh lapisan masyarakat dari berbagai paguyuban yang ada di Negeri Junjungan ini.

Karena itu pula kata Amril, masa boleh berlalu, era boleh berganti, namun eksistensi dan keberagamaman budaya yang kita miliki, sampai kapan pun, karena apa pun dan oleh siapa pun, harus tetap terbingkai dan membingkai indahnya kebersamaan yang telah berhasil kita bina dengan baik selama ini. Keberagaman yang kita miliki itu harus tetap menjadi daya dorong utama dan pertama dalam meningkatkan semangat dan kecintaan kita kepada negeri ini, kepada satu Bengkalis dan Bengkalis yang satu. Kemudian, harus menjadi penangkis pertama dan utama terhadap dampak negatif budaya-budaya lain yang dapat mencabut akar budaya kita sebagai jati diri.


Berita Lainnya

Tulis Komentar