Rabu, 19 April 2017 - 11:14:00 WIB - Dibaca : 681 Kali

Putu Penti Terkesan Kuliner Bengkalis

Editor: Adi - Rep: Indra - Foto: Muzani
Teks foto: Putu Penti asal Bali, saat memberikan sambutan pada acara Internalisasi Nilai Kebangsaan di Wilayah Perbatasan

BENGKALIS, HUMAS – Putu Penti asal Bali, salah satu peserta Internalisasi Nilai Kebangsaan di Wilayah Perbatasan, mengaku senang selama berada di Kabupaten Bengkalis dan Siak. Selain masyarakatnya ramah, juga kulinernya yang enak dan nikmat. 

“Yang sangat terkesan selama kami di Riau, khususnya di Kabupaten Bengkalis dan Siak, yaitu masakannya sangat enak, terasa nikmat dilidah, mambuat kami merasa ingin berlama-lama  di sini,” ungkap Putu Penti saat menyampaikan kesan dan pesan pada malam penutupan, Selasa malam (18/4/2017).

Pada malam kegiatan penutupan, selain dihadiri seluruh guru mata pelajara IPS dan Sejarah  dari 34 provinsi se-Indonesia dari Bali, juga turut hadir Bupati Bengkalis Amril Mukminin dan Bupati Siak Syamsuar, serta Kasubid Internalisasi Nilai Sejarah Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Edi Suwardi, Plt Kepala Dinas Pendidikan Bengkalis Edi Sakura dan Kepala Dinas Pendidikan Siak Kadri Hafis.

Pria asal pulau Dewata ini, mengaku senang selama berada di Kabupaten Bengkalis dan Siak, walaupun waktunya sangat singkat, namun dirinya dan seluruh guru mata pelajaran IPS dan sejarah, merasa dan sangat menikmat alamnya maupun peninggalan sejarah.

Tidak hanya itu, peserta Internalisasi Nilai Kebangsaan di Wilayah Perbatasan, merasa sebagai tamu istimewa. Karena selama bertugas sebagai tenaga pendidik, Putu dan para guru lainnya, belum pernah dikawal dengan mobil patroli polisi. Tapi selama berada di Kabupaten Siak dan Bengkalis, perjalananan mereka selalu dikawal oleh mobil polisi. “Selama ini yang belum pernah kami rasakan, tetapi pada kesempatan ini kami rasakan suasana seperti ini, terimakasih pak Bupati, sebut Putu Penti disambut tepuk tangan peserta,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Putu menyampaikan pesannya kepada peserta lewat nyayian khas Bali, kemudian diartikan dengan Bahasa Indonesia.  “Seorang guru, tujunnya yaitu mendidik anaknya, dan kepadanya diberikan ilmu pengetahuan dan akhirnya mendapatkan ijazah untuk menjalani kehidupannya, mencari pekerjaan, dan suatu tujuan yang ingin dicapai sebagai jati dirinya,” jelasnya.


Berita Lainnya

Tulis Komentar